Laman

Rabu, 11 Mei 2016

“Kuliah dimana, Jar?” (part 1)

Sebuah pertanyaan sepele, tapi untuk menjawabnya butuh perjalanan yang sangat panjang. Disini saya akan mencoba menjabarkan secara agak detail perjalanan tersebut. It’s been a while..
4 years ago..

Pertengahan Januari 2012, saya berangkat lebih pagi dari biasanya, pukul 5.45 pagi. Bukan karena saya orang yang rajin, tapi karena mulai semester baru saat itu diadakan “pemantapan” (semacam kelas tambahan bagi kelas 12) mulai pukul 6 sampai jam 7 pagi.
Saya berangkat bersama Yusuf dan Defta, teman sekost saya (ya, karena jarak dari rumah ke sekolah bisa sampai satu jam karena jauh, saya ngekost). Sesampai di sekolah, seperti biasa kami sekelas ngobrol-ngobrol. Sampai akhirnya ada yang nyeletuk.

“abis lulus mau pada kuliah dimana nih?”

Ada yang menjawab pasti, ada yang menjawab dengan awalan “kayanya”, ada yang terdiam dengan tertawa kecil. Saya termasuk golongan yang terakhir. Sampai saat tersebut saya belum memilih dengan pasti akan kuliah dimana.

Karena perjalanannya panjang sekali, saya bagi beberapa part. SNMPTN Undangan, SNMPTN tulis, dan SIMAK UI.  Kalo tulisan ini kepanjangan saya bagi-bagi juga.
  •          SNMPTN Undangan


Di SMA saya suka hitung-hitungan, saya sangat suka matematika. Akhirnya terbesit ide memilih jurusan matematika. Yang bingung adalah memilih universitasnya. Pendaftaran SNMPTN undangan tiba. Karena saya termasuk yang diharuskan daftar oleh sekolah, saya dituntut memilih universitas. 

Dipilihlah UI (Universitas Indonesia), sebagai pilihan pertama, kenapa? Menurut saya UI terbaik di Indonesia (saat itu, dan menurut saya), dan teman saya banyak yang milih, setidaknya ada temen. Hehehe..

Pilihan kedua jatuh ke UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) di Bandung, alasannya karena saya tertarik dengan profesi pengajar (bisa dosen atau guru) dan ingin kuliah di Bandung, ini murni keinginan saya. Bukan ikut-ikutan. Daftarlah saya ke guru BP/BK.

Setelah menunggu beberapa bulan, pengumuman tiba. Seingat saya saat itu tepat ketika SMA saya pelulusan. Setelah dinyatakan lulus, saya dan teman-teman sekelas makan-makan di rumah teman saya Aang di daerah Kadugede, Kuningan. Tersirat kabar bahwa pengumuman SNMPTN undangan akan diumumkan pukul 18.00 sore. Saya nyantai aja, gak tegang, gak grogi, woles.

Acara saat itu makan-makan, ngobrol-ngobrol dan ada sebagian yang corat-coret baju. Saya gak bawa baju seragam,karena pelulusan pake baju batik bebas. Tapi tetap saja ada anak-anak yang bawa baju seragamnya untuk dicorat-coret, buat kenang-kenangan katanya. Baju saya gak dicorat-coret, tapi saya corat-coret baju orang. Hehehe..

Saat itu saya sudah tak lagi ngekost. Acara saat itu sampai sore hari, sekitar jam 5 sorean. Saya pulang ke rumah kemungkinan sampai jam setengah 7. Berarti ngelewat jam 6 sore dimana itu waktu pengumuman undangan. Saya tetap nyantai. Ditengah jalan waktu menunjukkan  jam 6 lebih. Hp saya sudah mulai getar dan bunyi, mungkin sms dari teman-teman menanyakan lolos atau enggak pikir saya.

Sesampainya di rumah, benar saja, banyak sms dari teman-teman. Saya belum lihat pengumuman, karena gak ada koneksi internet di rumah. Maklum rumah saya di pelosok hehehe. Saya akhirnya sms teman saya Yusuf, minta tolong bukain pengumuman di website. Dia bales.

“oke jar”

“hatur nuhun suf” (terima kasih suf)

Yusuf kembali bales.

“hampura nya jar, hasilna teu lolos. Tetep semangat jar” (maaf jar hasilnya gak lolos)

Saya balas kembali dengan terimakasih.

Entah kenapa saya gak merasa terlalu kecewa saat itu. Nyesek ada,tapi tak terlalu. Masih ada SNMPTN tulis gumam saya.

Dan ternyata baru nyesek ketika tahu ada beberapa teman-teman yang diterima. Saya berpikir, mereka bisa kok saya enggak. Dan ternyata yang pilih UI yang diterima 2 orang, dan mereka juara paralel semua di SMA. Tiga orang keterima di IPB, 1 di UGM, 1 di Unsoed, dan 1 di Undip. Dulu seingat saya ada 9 orang yang keterima di SNMPTN undangan, satu lagi saya lupa. Mohon maaf kalo ada yang gak kesebut ya..

Dari pengalaman saya belajar beberapa hal, diantaranya :

“SNMPTN Undangan gak cuma harus pintar dan nilai bagus, tapi butuh juga strategi”

“Jika dalam satu kesempatan kita gagal, percayalah masih ada kesempatan lain”


Karena tulisan ini sudah kepanjangan, maka pengalaman selanjutnya (SNMPTN tulis) akan saya post di tulisan berikutnya, so stay tune! See ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran dan kritik bisa dituliskan disini.