Laman

Rabu, 14 Juni 2017

Rumah Utama

Hari ini sudah memasuki hari ke 19 Ramadhan. Orang-orang sudah mulai mempersiapkan rencana kapan mudik. Teman-teman saya sudah mulai ancang-ancang beli tiket kereta agar tak kehabisan.

Ya, tak dapat dipungkiri di akhir bulan ramadhan (khususnya di Indonesia) tak akan terlepas dari mudik.

”Mudik adalah kegiatan perantau/pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran.” – Wikipedia

Secara garis besar, mudik dapat diartikan kembali ke kampung halaman. Kembali ke rumah. Tempat dimana kita tinggal. Menurut kalian apa itu rumah?

“rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga” – Undang-undang no. 4 tahun 1992

Menurut saya, rumah itu terdiri dari dua tingkat. Bukan dua tingkat rumahnya harus ada dua lantai, bukan. Khususnya bagi saya yang sudah jarang pulang ke rumah, rumah itu dapat dibagi dua. Rumah utama dan rumah sementara/singgah.

Sejak saya kelas 5 SD, saya sudah jarang tinggal di ‘Rumah Utama’ yang mana merupakan tempat tinggal keluarga saya, yang tepatnya berada di Desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, Kab. Kuningan, Jawa Barat.

Dari kelas 5 sd sampai lulus SMP, saya tinggal di rumah kakek saya yang berada di desa Cibingbin, tujuannya agar dekat pergi sekolahnya yang berada di Cibingbin juga. Saat itu saya pulang ke ‘Rumah Utama’ paling hanya sebulan sekali atau di hari libur panjang saja. Padahal tak jauh-jauh amat dari rumah, hanya kurang dari 10 km dan kalo naik motor hanya 10-15menit. Tapi, yaa mau gimana lagi? Pada saat itu rumah kakek saya adalah rumah saya. Rumah sementara. Bukan rumah utama.

Beranjak ke masa SMA, saya sekolah lebih jauh lagi. Di SMAN 3 Kuningan yang berada di Kuningan kota. Berjarak 40an km dari rumah saya atau 45-60 menit bila naik kendaraan. Mau tak mau saya harus “berpindah rumah” lagi. Saat itu saya ngekos di daerah Lamepayung. Tiga tahun saya ngekos disana, tak berpindah-pindah. Tak seperti teman-teman seperjuangan yang ngekost, saya dan teman saya Defta septiana terbilang loyal di kosan tersebut. Gara-gara males pindahnya aja sih.

Pulang ke ‘Rumah Utama’? Ketika awal-awal ngekos, hampir tiap minggu saya pulang. Kalo tak naik angkutan elf (yang mana satu-satunya angkutan ke Cibingbin), saya dijemput orangtua. Tapi ketika mulai lama ngekos dan sibuk ekskul sekolah, saya pulang sebulan dua kali atau sekali gimana kosong dan liburnya aja.

Lulus SMA, saya kuliah. Kuliah dimana? Saya kuliah di Undip Semarang. Ceritanya panjang bisa sampai kuliah disitu, lengkapnya disini : "Kuliah Dimana, Jar?" Part 1"Kuliah Dimana, Jar?" Part 2 dan "Kuliah Dimana, Jar? Part 3 (Final) .

Dan karena lagi-lagi jauh dari rumah. Rumah utama. (Kali ini sampai beda provinsi) Lagi-lagi saya harus ngekos. Di daerah Bulusan, Jalan Sipodang. Sudah hampir lima tahun saya disini. (Iya saya belum lulus, jangan diingetin). Seperti masa SMA, saya orangnya loyal pada kos-kosan. Lima tahun saya gak pernah pindah, males aja. Udah enak disini.

Bagaimana pun juga, itu cerita saya. Mungkin berbeda dengan teman-teman. Mungkin dari teman-teman  ada yang baru ngekos ketika SMA, ada yang baru ngekos mulai masuk kuliah. Bahkan mungkin ada yang baru ngekos ketika sudah kerja.

Tapi pernahkah kita berhitung, sudah berapa hari, sudah berapa bulan, sudah berapa tahun kita meninggalkan ‘Rumah Utama’? Pernahkah kita tersadar dalam waktu satu tahun, kita pulang ke rumah hanya 1 bulan akumulatif? Ingatlah bahwa kos-kosan yang kita tinggali hanyalah rumah singgah. Hanya rumah sementara.

Maka dari itu, pulanglah. Ajakan ini bukan hanya untuk teman-teman, tapi untuk saya pribadi juga.

"Ah, da aku mah udah biasa gak pulang juga, akunya juga gak kenapa-kenapa!" celetuk seseorang.

Hey ingat! Ini bukan hanya tentang kamu atau tentang ‘Rumah Utama’. Ini tentang orang-orang yang tinggal di ‘Rumah Utama’ yang berharap kalian untuk mudik. Berharap kalian untuk pulang.

So..

Pulanglah.


Pulanglah ke ‘Rumah Utama’.


Sebelum orang-orang yang berharap kalian pulang sudah berpulang.



Go home..

Home..

Senin, 12 Juni 2017

Kurcaci Ibukota


Lelah..

Di kehidupan ibukota yang penuh amarah.


Muram..

Melihat layar dibalik jendela yang temaram.


Asing..

Dengan manusia-manusia di sekeliling.


Teman..

Mulai tersobek perlahan beberapa halaman.


Waktu..

Hanya bisa mengejar, tak membantu.


Dicaci..

Layaknya raksasa berwatak kurcaci.


-FTN-

Kamis, 19 Januari 2017

Tips Membuat Pizza dengan Rice Cooker



Mau makan pizza tapi mahal?

Anak kost gak bisa bikin pizza sendiri? Kata siapa?

Buktinya minggu kemarin saya berhasil membuat pizza menggunakan rice cooker dan rasanya enaaak. Kenapa pake rice cooker? karena tanpa kita sadari rice cooker memiliki 1001 keajaiban. Dengan rice cooker saya juga pernah bikin Nasi Goreng dan cheesecake (cek tulisan sebelumnya) 

Balik lagi ke pizza, resepnya saya googling, dan nemu di cookpad.com , tapi kekurangan di web itu gak ada visualisasi tata caranya. Saya mencoba membuat pizza langsung, sekaligus membantu memvisualkan. Simak tata caranya dibawah ini.

Check this out!

Alat dan Bahan :

Bahan Pizza :

1. Tepung Terigu

Dibutuhkan sebanyak 2 gelas tepung terigu.

2. Fermipan

Sebenernya saya juga baru tau fermipan itu apa gara-gara bikin ini. Setelah saya googling fungsinya untuk mengembangkan adonan. Dibutuhkan satu sendok makan saja.

3. Minyak goreng

Dibutuhkan 2 sendok makan minyak goreng.

4. Susu kental manis

Dibutuhkan 1 sachet SKM yang sudah dilarutkan dengan ¾ gelas air.


Topping :

Untuk toping ini masalah selera ya, disini saya menggunakan toping sosis, dan keju. Tidak lupa saos buat mengolesi.

1. Saos

Untuk saosnya bisa saos tomat, atau bila mau yang pedas, pake saus extra pedas. Disini saya pake saos extra pedas

2. Sosis

Untuk sosis, saya beli yang tinggal leep. Kenapa? Karena saya males beli yang mentah dan harus merebus/mengukusnya dulu. Jangan lupa sosisnya dipotong-potong.

3. Keju

Karena gak ada duit, saya cuma bisa beli keju cheddar (yang sudah dihaluskan) untuk taburan saja. Kalo anda ada duit boleh pake keju mozarella biar meleleh meleleh gitu. Kembali ke awal, topingnya bebas.

Cara membuat :

1. Campur semua bahan pizza kedalam wadah, aduk-aduk.
Awalnya saya aduk menggunakan sendok, tapi ujung-ujungnya pake tangan karena adonan menjadi padat. Aduk-aduk terus sampai merata dan adonan kalis. Ciri-ciri adonan kalis yaitu sudah gak nempel/lengket di tangan dan adonan elastis.
bahan pizza dicampur semua dan diaduk sampai kalis
adonan kalis

2. Siapkan rice cooker, olesi bagian dalam rice cooker menggunakan mentega dan taburi sedikit tepung di rice cookernya.
rice cooker diolesi mentega dan ditaburi tepung


3. Adonan yang sudah jadi bisa dibagi 3 atau 4 bagian sesuai selera. Saya kemarin cuma bagi 2 bagian, alhasil pizza nya ketebelan hehe. Saran saya bagi 3, yang dua sisanya bisa disimpan dulu di lemari es.

4. Masukan adonan tersebut ke rice cooker, pipihkan dengan cara dipukul-pukul. Jangan lupa olesi saos dan masukan toppingnya.


5. Tekan tombol cook dan tunggu sampai tombolnya njeplak ke warm. Setelah njeplak ke warm tunggu beberapa menit dan tekan tombol cook kembali (karena ga bisa langsung tekan cook). Lakukan terus seperti itu sampai 3 kali Cook-Warm.

6. Angkat pizza, pizza siap dihidangkan. Bon Appetit!



ketebelan kan ya? hehe..

Ingin tau enaknya kaya gimana? cobain sendiri,gampang kok..



Oke cukup sekian tipsnya. bye !!