Laman

Kamis, 15 Desember 2016

Tips Membuat Nasi Goreng Menggunakan Rice Cooker

Anda anak kost?

Punya Rice Cooker tapi gak pernah dipake?

Ingin beli nasi goreng tapi malas keluar dan mahal?

Tenang! Disini saya akan memberikan tips membuat nasi goreng dengan menggunakan rice cooker.

Alat dan Bahan :

1. Rice Cooker



Disini saya pake rice cooker yang agak gede, karena punyanya yang segini. Pake rice cooker kecil juga boleh.

2. Nasi


Nasi goreng ya butuh nasi. Nasi yang saya pake beli dari warteg di depan kost. Karena gak bisa beli nasinya aja, terpaksa saya pake toping yaitu kering tempe dan usus. Harganya : Rp. 4500

3. Telur



Sebenarnya ini cuma masalah selera, tapi ya masa nasi goreng gak pake telur?
Telur ini saya beli di indomaret. Harga satunya : ±Rp 1500.

4. Bumbu Instan Nasi Goreng



Saya pake yang merk royco karena dulu pernah bikin pake yang Sa**ku, rasanya lebih nikmat yang merk ini. Harga satunya : Rp. 1500

5. Margarin



Atau bisa juga diganti dengan minyak goreng

6. Centong nasi



Fungsinya untuk mengaduk nasi



Cara membuatnya :

1. Pertama masukan margarin/minyak goreng secukupnya kedalam rice cooker. Tekan terus tombol “cook” , agar margarin meleleh dan panas.



2. Pecahkan telur dan masukan ke dalam rice cooker. Tutup rice cooker, tunggu beberapa menit sampai telur menetas matang.

sebelum
sesudah



3. Masukan nasi beserta bumbu instan, aduk aduk dengan centong nasi.



4. Tutup ricecooker, tunggu beberapa menit sampai bumbu meresap. Dan aduk-aduk kembali



5. Jangan lupa pekerjaan diatas tombol cook harus tetap dipencet ya.



6. Nasi goreng siap dihidangkan. Jangan lupa pakai kertas nasi yang tadi biar gak cuci piring hehe.




Sebenarnya rice cooker banyak fungsinya. Selain membuat nasi goreng, saya juga pernah masak mie dan membuat cheesecake memakai ricecooker. Iya beneran cheesecake (walaupun agak fail). Mungkin di lain kesempatan saya akan memberikan tips membuat cheesecake itu.


See ya!

Sabtu, 29 Oktober 2016

Cerpen : JUMPA TAK BERJANJI DENGAN PRIA KEKINIAN


Jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 15.56 .

“ kebagian angkot ga ya?” pikirku dalam hati.


Memang di bulan-bulan menuju UN ini aku mengikuti beberapa les. Bukan kehendakku sebenarnya, tapi orangtuaku yang  menyuruhku. Sebagai anak perempuan satu-satunya mau tak mau aku harus menurut.


Langit sudah agak mendung, aku berjalan setengah berlari menuju halte tak jauh dari tempat les yang mana tak jauh juga dari SMA ku.


Sesampainya di halte, aku langsung duduk. Haltenya kosong seperti dugaanku. Haltenya cukup nyaman padahal, tapi karena di belakang halte terdapat taman, maka orang-orang lebih suka main dan menunggu kendaraan di dalam taman.


Kutengok lagi jam tanganku, 16.01. Kalau saja ponselku masih menyala, daritadi aku mungkin sudah menelpon orang rumah minta jemput. Apalagi powerbank ku tinggal bank-nya doang, gak ada power-nya gara-gara dipinjam Andin temanku seharian di kelas. Cukup kesal sebenarnya, capek pengen buru-buru pulang.


Terlintas ide di benakku “Gimana kalo ke taman belakang, kali aja ada colokan buat ngecas tar nelpon orang rumah”. Anak SMA zaman sekarang, tak jauh dari colokan.


Tamannya cukup bersih, ramai pula orangtua yang mengajak anaknya main atau anak seumuranku yang hanya sekedar duduk-duduk. Walaupun taman ini dekat dengan sekolahku, tapi jujur baru kali ini aku masuk ke dalam.


Kepalaku masih tengok kanan-kiri mencari colokan tak kunjung menemukan. Sampai di pojok taman akhirnya ada colokan, tapi ada orang yang memakainya. Anak SMA seumuranku nampaknya. Tapi wajahnya serasa familiar.

“loh Shira?” ucap orang tersebut sambil memandangku.

“eh, eeehhh, Rizal?’ ucapku dengan sedikit kaget.

“weh.. udah lama gak ketemu ya, Shir?” ucap dia lagi.


Ternyata dia adalah Rizal Arya Nugraha. Dia adalah teman SMPku dulu, pernah sekelas denganku di kelas 8. Karena absen kami berdekatan tiap ulangan dia selalu nendang-nendang kursiku dari belakang minta jawaban. Anak basket dulunya. Wajahnya tetap sama kaya dulu, cuma agak putihan sedikit.


Sempat dulu aku suka sama dia, entah dia ngerasa atau engga. Mungkin bagi dia yang cukup populer dulu di SMP, ada orang yang suka mah biasa aja. Tapi gara-gara dia sekolah SMA di Bandung kami gak pernah bertemu lagi. Mungkin jika hari ini gak bertemu, aku masih lupa dia. Dia hanya teman penerima perasaan suka yang singgah sebentar, tak lebih.


“hoy ditanya malah bengong, kenapa atuh kenapa?’ tanya dia.

iya kaget atuh da, kirain teh siapa. Iya udah lama yah ga ketemu. Kok ada disini sih? Bukannya SMA mu di Bandung, Zal?” timpalku balik nanya.

“iya, dari hari Jumat kemarin lagi mudik dulu, Nenek lagi sakit, jadinya sekeluarga dari Bandung mudik dulu” jawab dia.

“oh gitu, cepet sembuh ya neneknya” jawabku singkat. Agak bingung sebenarnya mau bicara apa. Canggung udah lama ga ketemu.


Entah kenapa aku malah mengingat masa-masa SMP.


“tuhkan malah diem lagi” sorak dia mengganggu lamunku.

“hmmm gimana?” timpalku

“duduk sini dulu ngobrol, gak lagi buru-buru kan?”

“emm engga kok” masih setengah melamun aku menjawab. Dan aku duduk. Tersenyum.

“Kok sendirian aja sih? Abis darimana?” tanya dia.

“abis les di deket sekolah, tadinya nunggu angkot di halte tapi gak ada terus. Akhirnya ke taman dulu deh main. Kamu Zal darimana?” timpalku balik nanya.

“wiiih masih jadi anak rajin ya sekarang. Hehe. Tadi dari rumah sakit, terus bosen ya muter-muter aja. Ngeliat taman ini, mampir dulu. Soalnya dulu zaman SMP belum ada kan taman ini. Nyari objek foto eh batre lowbath, jadi weh ngecas dulu hehe” jawab dia panjang.


Mendengar jawaban dia aku baru sadar tujuan utamaku ke taman juga nyari colokan buat ngecas.


“anak kekinian banget nih sekarang nyari objek foto” candaku mulai cair,tak canggung.

“Ya mumpung disini Shir, besok udah ke Bandung lagi soalnya aku.” Jawab dia.

“loh kok cepet banget Zal?” tanyaku.

“kan aku juga harus sekolah atuh neng Shira.. Mamahku tetep disini, besok aku sama Papah ke Bandungnya” jawab dia setengah bercanda.

“Ih, jangan manggil gitu. Jadi inget jaman SMP kamu manggil aku ‘Neng Shira’ teh” tolakku, padahal di dalam hati seneng.


Kami ngobrol ngalor-ngidul, kebanyakan tentang zaman SMP dulu. Sisanya tentang kehidupan kami yang sekarang. Kami bertukar meminta nomor ponsel masing-masing. Aku yang dari pulang les cemberut,ketawa-ketiwi lagi. Menyenangkan.


Tak terasa jam di tanganku menunjukan jam 17.18. Sudah sore.


“eh Zal, udah sore nih, aku takut dicariin orang rumah” ucapku.

“oh iya gak kerasa udah jam segini, kamu rumahnya masih sama kan? Aku anterin aja yuk, sekalian sejalur mau ke rumah sakit lagi aku.” Tawar dia.

“emmm yaudah, udah ga ada angkot juga kayanya” jawabku singkat, padahal hati berbunga.

“bentar-bentar, foto dulu” ucap dia seraya mengangkat ponselnya dan mengaktifkan kamera depan.


Ckrikkk.. (bunyinya gak gini)


“eh.. eh..” aku sedikit bingung dengan foto tiba-tiba, masih untung aku sempat berpose.

“buat kenang-kenangan Shir, besok aku kan ke Bandung” jelas dia.

“oh iya kali aja kamu kangen” candaku.

“yok!” dia berdiri.

“yuk!”aku menjawab seraya berdiri.

“lewat jalan tikus aja ya, aku gabawa helm dua” kata dia.

“yaudah gapapa, aku malah makasih, Zal” ucapku.

“Ah kalem,kaya yang ke siapa aja” timpal dia


Kami pun berboncengan, sampai ke gang depan rumahku. Aku turun.


“sampai sini aja ya Shir, udah deket kan?” kata dia.

“iya gapapa Zal, makasih ya” ucapku berterimakasih.

“iya sama sama Shir, sampai ketemu di lain waktu” ucap dia sembari tersenyum.

“oke Zal, btw foto tadi upload di IG ya hehe” candaku.

search aja Shira Nirwana” lanjutku

“Sip Shir, daah Shiraa..” ucap dia

“Daah Rizal..” jawabku sambil melambaikan tangan.


Aku pulang ke rumah dengan senyum yang tak kalah lebar.


Malamnya aku cengengesan sendiri, menunggu foto dia di upload ke IG. Sudah jam 9 lebih, instagramku tak kunjung ada pemberitahuan. Kami sebenarnya sempet tukar nomor ponsel. Tapi aku memilih menunggu. “masa cewe ngehubungin duluan?” pikirku.


Aku masih gundah, kok dia gak ngabarin.


Atau tadi dia hanya bercanda? Apa aku yang kegeeran? Kepalaku penuh dengan tanda tanya.
Iseng-iseng aku search nama dia di Instagram. Aku sendiri belum tahu IG dia. Setelah mencari akhirnya ketemu. Rizal Arya Nugraha, cocok.


Semalaman ku kepoin instagramnya, ternyata dia sekarang hobi foto. Kayanya masih sering basket juga dia.


Instagram dia termasuk kategori ‘Instagram rapih’. Di profilnya tiap 1 baris foto pasti temanya sama atau acaranya sama. Tak seperti instagramku yang asal foto asal upload. “anak kekinian juga nih Rizal” gumamku.


Capek ku kepoin instagramnya, aku tinggal tidur. Aku tidur dengan bantal guling berbentuk tanda tanya.


Besoknya sebelum berangkat sekolah aku masih berpikir sisa pikiran semalam.


Apa gara-gara kemarin aku cuma foto sekali ya? Kalo mau masuk IG dia kan minimal fotonya harus tiga biar rapih.


Hmmm.. Mungkin dia gak mau instagramnya yang rapih ‘terkotori’ dengan fotoku yang cuma satu.
Ah mungkin aku saja yang kegeeran dan terlalu berharap. Sama seperti instagram, mungkin hidup dia disana sudah rapih dan gak mau ‘terkotori’ dengan kehidupanku yang cuma mampir sehari kemarin.


Ku hanya bisa menunggu. Aku berdiri dan masih menunggu. Menunggu angkot (lagi).


Tamat



Note : cerita hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama dan tempat, gak sengaja berarti. Namanya juga cerpen. Maaf kalo banyak kekurangan, cerpen pertama saya.

Senin, 20 Juni 2016

Tips Berkendara (Roda Dua) di Musim Hujan


Sumber foto : Pribadi
Akhir-akhir ini Indonesia sudah memasuki puncak-puncaknya musim hujan. Kayaknya. Sotoy doang sih ini. Tapi emang bener sekarang sudah memasuki musim hujan. Biasanya sih sore atau kalau enggak malem hujannya.

Maka dari itu saya berniat memberikan tips-tips berkendara (motor khususnya) di kala musim hujan. Tips-tips ini kebanyakan berdasarkan pengalaman saya pribadi yang sudah resmi hampir 4 tahun mengendarai motor. Sebenarnya dari kelas 6 sd saya mulai nyoba mengendarai motor, tapi ya saya resminya punya SIM tahun 2012. Hehe.. so this is it guys!

  • Perlengakapan standar berkendara


Semestinya tips nomor 1 ini gak harus saya kasih sih, tapi masih banyak kok yang yang jarang lengkap. Perlengkapan standar berkendara motor ya helm, SIM, STNK. Insyaallah lah kalo ada ketiga itu gak bakal kena tilang. Insyaallah.
ini motor yang setiap hari menemani saya

Kalo misalnya belum punya SIM, jangan lah motoran kemana-mana, naik angkutan umum saja. Bila anda merasa sudah bisa mengendarai motor tapi belum punya SIM, bikin lah! Jangan lupa juga, mau jauh atau deket pakai helm, jangan tiap hari nanyain di grup :

‘eh, di jalan ini ada razia ga?'

  • Bawa Jas Hujan


Poin kedua ini sudah jelas sekali ya, kalo musim hujan ya bawa jas hujan, musim kemarau bawa jas jus, takut haus. (maaf gak lucu).

Biar gak kelupaan, taruh aja itu jas hujan di bagasi motor. Jangan lupa kalo udah dipakai, tiriskan dulu jasnya, jangan langsung dimasukan lagi ke bagasi. Bau.

Dan pesan saya pakailah jas hujan yang kayak baju itu loh. Ada bajunya, ada celananya. Kalo pake ponco tar terbang-terbang bisa keserimpet di jari-jari atau rantai, dapat menimbulkan kecelakaan.

Dan bila belum beli jas hujan, belilah yang ukurannya longgar. Bila ukuran baju anda S, beli jas hujan yang M atau L. Itu berguna bila anda kemana-mana bawa tas ransel, agar tas anda bisa ketutup dan gak terlalu sempit.

  • Bawa Sandal

sandal saya

Tips nomor 3 ini dikhususkan bagi anda-anda yang sering berangkat ke kantor atau ke kampus menggunakan motor. Pasti merasa kesal bila kehujanan, pakai jas hujan tapi sepatu anda masih terkena basah. Maka dari itu bawalah sendal. Bila hujan tiba gantilah sepatu anda dengan sandal. Sepatu anda masukin tas atau plastik kresek. Bila disimpan diluar ya sama aja kehujanan.

  • Kalau berhenti, lihat sekitar dulu


Bila di jalan tiba-tiba hujan, dan anda hendak memakai jas hujan. Berhentilah di tempat yang sekiranya ga membuat pengendara lain kagok atau menyebabkan kemacetan. Saran saya berhentilah di halaman toko atau halaman bangunan pinggir jalan (indomaret, alfamart,dll). Bila gak ada, mau gak mau harus di bahu jalan, tapi lihat-lihat dulu takutnya ngalangin pengendara lain.

  • Lihat langit atau perkiraan cuaca


Bila anda hendak bepergian hendaklah lihat cuaca,apakah mendung atau tidak. Bila sudah terlihat mendung, keluarkanlah jas hujan anda dan simpan diluar, biar gak ribet pas mau make.

Nah tips lagi bila di jalan sudah terlihat mendung dan anda ragu mau pakai jas hujan atau engga, lihatlah pengendara di jalur kanan yang arahnya berlawanan dengan anda. Bila dari arah berlawanan anda terlihat mobil yang basah kuyup atau beberapa pengendara motor sudah memakai jas hujan, maka segera berhenti dan pakai jas hujan anda. Kemungkinan besar di arah yang anda tuju sedang hujan.


Demikian tips-tips dari saya, semoga bermanfaat. Kalo mau dishare ke yang lain gapapa kok.
Kalo ada kritik saran atau tambahan tips dalam berkendara, tulis di komentar ya. Terimakasih.


See ya!

Sabtu, 28 Mei 2016

“Kuliah dimana, Jar?” (Part 3) (Final Part)

Bila anda belum baca part 1 dan part 2, baca dulu ya. Kalau ada waktu.

  • SIMAK UI


Sebenarnya saya gak kepikiran untuk ikut SIMAK UI. Kenapa? Karena di SNMPTN Undangan saya gak keterima di UI, lagipula di SNMPTN tulis (SBMPTN) saya gak milih UI lagi. Awalnya bermula dari obrolan santai dengan teman-teman, ada info tentang simak UI, tercetuslah ide buat ikut SIMAK UI. (lagi-lagi) Saya hanya ikut-ikutan.

Dari SMA 3 Kuningan, dulu cuma saya dan 3 orang teman saya yang ikutan. Yusuf Ardiyansyah, Muhammad Taufik, dan Ardi Nugraha. Kami putuskan untuk berangkat ke Depok dan menginap di kost abangnya Taufik yang (saat itu) kuliah di UI.

SIMAK UI hari Minggu, kami berangkat kesana hari Kamis. Perjalanan lancar walaupun Taufik agak telat datang ke terminal. Kami naik Bus Luragung Jaya saat itu, Bus yang ekonomi. Setelah perjalanan kurang lebih 6-8 jam (saya lupa), kami akhirnya sampai di Depok, di kawasan UI. Kami putuskan gak langsung ke kos-kosan abangnya Taufik, tapi malah muter-muter UI naik BiKun (Bis Kuning).

Pengamalan pertama naik BiKun ada kejadian menarik sekaligus apes. Karena itu pengalaman pertama kali, kami berempat naik terus di bisnya dengan tujuan muter-muter, gak turun-turun. Sampai tersisa kami dan supirnya doang. Entah supirnya gak tau, atau mau ngerjain kami, bisnya berhenti di semacam terminal BiKun gitu. Tiba-tiba sopirnya keluar tanpa mengucapkan kata-kata. Kami terkunci.

Sebelumnya saya kasih tau, di BiKun pintu keluar masuk penumpang itu ditutup-buka oleh supir. Semacam ada tombol khusus. Jadi terbayang saat itu kami berempat kebingungan membuka pintu. Muncul ide keluar lewat jendela, gak ada jendela. Setelah kebingungan selama 10 menit, kami pindah ke kursi sopir, berharap menemukan tombol membuka pintu. Dan hasilnya nihil. Lalu bagaimana cara kami keluar dan bisa melanjutkan hidup?

Tak disangka tak dinyana, bodohnya kami berempat. Kami membuka pintu sopir, dan ternyata gak dikunci -__-. Dari situlah kami akhirnya merasa terlahir kembali dan melanjutkan kehidupan.

Setelah kejadian apes itu kami langsung ke kosan abangnya Taufik, kita panggil A Adi aja biar enak. Orangnya baik, saking baiknya nyiapin kamar khusus buat kami berempat, kebetulan di kosannya ada kamar kosong. Kami tinggal disitu selama 5 harian.

Hari kedua,hari Jumat kami habiskan jalan-jalan lagi di UI, sekalian shalat Jumat disana. Hal yang paling diingat adalah ketemu bapak-bapak yang ngajarin “keajaiban angka 9”, saya lupa namanya, yang saya ingat dia tinggal di gang gaya.
Dari kiri ke kanan : Saya, Ardi Nugraha, Yusuf Ardiyansyah, Muhammad Taufik

Hari ketiga, hari Sabtu, H-1 SIMAK UI, sekaligus hari H pengumuman SNMPTN tulis jam 6 sore. Siangnya kami survey tempat SIMAK UI, saya dan Ardi satu tempat di SMPN 2 Depok. Taufik beda tempat, Yusuf juga beda tempat.

Pulang dari survey agak sore. Setelah mandi dan istirahat, kami putuskan untuk tidak langsung ke warnet untuk melihat pengumuman. Kami shalat maghrib dan Isya berjamaah dulu di mushola. Saya mendadak jadi orang sholeh hari itu. Shalat di mushola berjamaah, banyak berdoa. Setelah itu kami jalan kaki ke warnet. Raut muka tegang terlihat jelas dimuka kami walaupun kami samarkan dengan tertawa dan candaan-candaan.

Saya sempat berkelakar ‘eh, nanti kalau aku diterima, kalian aku teraktir di indomaret deh, minuman coca-cola, fanta dll. Terserah, tapi satu orang satu’ teman-teman menyetujuinya. Sampailah kami di warnet. Kami hanya menyewa satu komputer saja buat rame-rame. Urutan pertama Taufik, ketak-ketik ketak-ketik, Taufik gak diterima. Urutan kedua Yusuf, ketak-ketik ketak-ketik, gak diterima juga. Taufik dan Yusuf pilihan pertamanya UI. Urutan ketiga Ardi, ketak-ketik ketak-ketik, gak diterima juga. Kami mencoba menenangkan satu sama lain, memberikan semangat.

Tiba urutan saya,  saya coba masuk ke laman snmptn, ketik nomor peserta dan tanggal lahir, bismillah Enter. Gak kebuka halamannya, kayanya servernya down. Saya cobalagi, sama. Sampai ketiga kali saya coba. Dees. Teknik Sipil, Universitas Diponegoro. Saya hanya tersenyum dan mengucap alhamdulillah. Saya mencoba tak terlihat terlalu senang saat itu, karena menghormati teman-teman saya. Ditambah uang saya habis 25ribu di Indomaret.

Saya menghubungi orangtua saat itu, mungkin mereka cukup kaget karena saya diterima di Undip di Semarang yang notabene jauh dari Kuningan. Lagipula dulu saya gak memberitahu orangtua dulu kalo milih Undip. Tapi saya yakin orangtua saya cukup senang, sampe-sampe membeli koran Pikiran Rakyat yang mencantumkan nama-nama yang keterima di SNMPTN tulis. Nama anak mereka ada diantara ribuan nama saat itu.

Selain menghubungi orangtua, saya menghubungi Anne teman saya yang lebih dulu keterima di Undip. Dan juga senior-senior alumni SMA 3 Kuningan yang lebih dulu kuliah disana.

Akibat hasil pengumuman tersebut, saya gak fokus buat simak UI. Di hari H SIMAK UI, saya ngerjain soal semuanya. Dan alhamdulillah prosesnya lancar. Walaupun kebanyakan jawaban asal. Saya dan Ardi pulang ke kosan naik angkot. Di kosan, Taufik dan Yusuf belum datang soalnya beda tempat. Setelah lengkap sorenya kami main lagi ngelilingi UI.

Hari terakhir di Depok, kami siap-siap pulang. Kami patungan buat bayar kos tersebut seorang 20ribu, walaupun sebenarnya gak usah bayar kata A Adi. Tapi karena gak enak udah ngerepotin, kami pamit dan ngasih amplop ke si ibu kost.

Kami pulang naik bis lagi, sesampainya di Kuningan kami berpamitan masing-masing. Karena kemalaman saya nginep di rumah Yusuf semalem, besoknya pulang ke rumah.

Hasil SIMAK UI? Kami berempat gak ada yang kuliah di UI.

Yusuf dan Ardi sekarang kuliah di Unswagati Cirebon. Taufik sekarang kuliah di Unsoed Purwokerto (Edit : per tahun 2018 ini akhirnya dia S2 di UI). Dan saya, bila ada yang bertanya ‘Kuliah dimana, Jar?’ saya jawab Undip.



Jawaban yang sangat singkat, tetapi dibaliknya ada perjalanan yang tak dekat, ada kisah yang tak terangkat.

Sabtu, 14 Mei 2016

“Kuliah dimana, Jar?” (part 2)

Kalau misal anda belum baca tulisan sebelum ini (dipostkan beberapa hari yang lalu), baca dulu ya. Itupun kalo mau hehe. Ini tulisan lanjutan dari tulisan sebelum ini J

  •  SNMPTN Tulis (atau sekarang dikenal dengan SBMPTN)

Di SNMPTN tulis saya memutuskan gak memilih UI. UPI saya promosikan jadi pilihan pertama. Jurusannya tetap Matematika. Entah kenapa saat itu saya gak tertarik ITB ataupun Unpad. Setelah keputusan tersebut saya mulai kebingungan memilih pilihan kedua. Bapak saya sekali pernah bilang kuliah di Jawa Tengah aja, soalnya biaya hidupnya murah. Saya akhirnya memutuskan pilih universitas yang di Jawa Tengah.

Suatu siang saya pergi ke warnet bareng Yusuf dan Defta, berniat untuk daftar snmptn tulis. Setelah log in di layar lumba-lumba warnet,saya masuk ke browser. Pilihan pertama saya tulis dengan mantap, lanjut ke pilihan kedua saya bimbang. Pilihan saya saat itu Unsoed atau Undip yang ada di Jateng. UGM ketinggian menurut saya.

“Suf, Unsoed sama Undip bagusan mana?”

“Undip jar”

Saya pilih undip, jurusannya setelah saya pertimbangkan saya pilih teknik sipil. Semudah itu.



Lanjut giliran memilih tempat test, saya pilih di Bandung. Alasannya karena pengen punya pengalaman aja, kakak saya juga kuliah di Bandung, sekalian nebeng di kosnya. Lagipula tempat test di Kuningan gak ada, paling deket di Cirebon. Teman-teman saya juga ada yang milih tempat di Bandung, jadi bisa sekalian main.

SNMPTN tulis ada dua hari, Selasa dan Rabu. Saya memutuskan ke Bandung hari Minggu, biar Senin bisa istirahat dan survey tempat. Tiba di waktu keberangkatan ke Bandung, saya berangkat naik motor berdua dengan kakak saya. Btw kakak saya ini cowok ya. Kali aja ada yang gatau. Berangkat setelah Ashar nyampe di Bandung setelah Isya. Sekitar 4 jam.

Sesampainya di Bandung, bukannya istirahat atau belajar, saya malah nonton Euro 2012. Saya lupa negara apa lawan apa. Salah juga sih test di musim euro kaya gitu, saya nonton sampai sekitar jam 2 pagi heuheuheu..

Dan besok paginya saya kesiangan (obviously), bangun sekitar jam 10an ( -_- ). Saya langsung bergegas mandi, makan, karena siang rencananya akan survey tempat test. Di smkn 2 Bandung, jalan Ciliwung nomor 4 Bandung.

Tak banyak yang saya siapkan untuk snmptn tulis, di Bandung saya malah kebanyakan nonton euro, sampai H-1 malam pun masih nonton euro. Saya bawa buku kisi-kisi snmptn, tapi saya kerjain yang psikotest nya saja. Entah kenapa seru aja kalo ngerjain psikotest. Senin malam saya tidur jam 11an, padahal besoknya hari test. Karena takut kesiangan lagi saya sampai memasukan hp ke baju saya sebelum tidur, agar alarm kedengaran dan getaran alarmnya kerasa. Ampun dah..

Hari H berjalan lancar. Walaupun ada gangguan suara pesawat terbang yang berisik. Mungkin dekat situ ada bandara. Pengerjaan soal saya mulai dari psikotest, saya kerjain semua itu. Mata pelajaran yang lain kebanyakan asal-asalan. snmptn tulis kan kalo bener +4, kalo salah -1 kayanya. Agak-agak lupa juga. Saya gambling aja disana, hampir 90% soal saya kerjain.

Singkatnya, hari pertama dan kedua selesai. Setelah test hari kedua saya jalan-jalan sama teman-teman. Izal Arizalda, Suhardi, Defta, cuma mereka teman saya yang test di Bandung juga. Cuma kumpul-kumpul di mesjid agung sama ke jalan asia afrika saja. Btw dulu mesjid agungnya ga sebagus yang sekarang. Belum ada rumput sintetisnya.

Hari kamis (kalo gak salah), saya pulang ke Kuningan. Naik DAMRI bareng si Izal. Sempat ada drama ketinggalan bis, tapi akhirnya bisa sampai rumah.


Menunggu hasil SNMPTN tulis saya isi dengan main-main aja dengan teman-teman SMA. Kebanyakan main futsal dan main PS, mungkin hanya dua itu kegiatan saya. Cerita pengumuman SNMPTN tulis mungkin akan saya gabung dengan pengalaman SIMAK UI. Karena pengumuman SNMPTN tulis itu tepat H-1 SIMAK UI. So stay tune di tulisan berikutnya, see ya!